Gegendingan
adalah sekumpulan kalimat bebas yang dinyanyikan. Isinya pada umumnya pendek,
dan sederhana. Dikatakan bebas karena benar-benar tidak ada ikatannya. Antara
tiap kalimat tidak harus mempunyai arti yang membentuk cerita atau pengertian,
dan kadang-kadang kalimat yang terbentuk dari kata-kata itu juga tidak
mempunyai arti yang jelas. Ada tiga jenis gegendingan yang dikutip dari
babadbali, yang dimiliki oleh seni Tembang Bali:
1. Gending
Rare
Gending Rare atau Sekar Rare mencakup berbagai jenis
lagu-lagu anak-anak yang bernuansa permainan. Jenis tembang ini pada umumnya
memakai bahasa Bali sederhana, bersifat dinamis dan riang, sehingga dapat
dilagukan dengan mudah dalam suasana bermain dan bergembira. Ini juga
mengajarkan anak-anak sejak usia dini bagaimana bekerja sama, serta berbahasa
Bali.
Biasanya tiap lagu dilengkapi atau sebagai pelengkap
dari sebuah permainan yang bertema sama. Tetapi ada juga yang berdiri sendiri, sebagai
lagu-lagu rakyat (gegendingan) yang bentuknya sangat sederhana. Baik lagu
anak-anak maupun lagu rakyat tidak terlalu diikat oleh hukum atau uger-uger
seperti Guru Lagu atau Padalingsa. Beberapa contoh dari jenis tembang ini
antara lain seperti meong-meong, juru pencar, galang bulan, dan masih banyak
lagi. Pada jenis gending ini, ada yang seluruh baitnya merupakan isi, dan ada
pula yang mengandung bait- bait sampiran bahkan ada yang hanya berupa sampiran
tanpa isi yang jelas artinya.
2. Gending
Jejangeran
Gending Jejanggeran ini sama dengan Gending Rare dan
biasanya dinyanyikan bersama-sama dengan saling sahut-menyahut antara kelompok
satu dengan yang lain. Ada yang menjadi janger (kelompok putri) dan ada yang
menjadi kecak (kelompok putra). Lama kelamaan Gending Jejangeran ini
dinyanyikan juga oleh orang-orang dewasa dengan variasi gerak-gerik atau
variasi lakon (lelampahan). Contoh Gending Jejangeran ini antara lain seperti
putri ayu, siap sangkur, mejejangeran, dan lain sebagainya.
3. Gending
Sanghyang
Gending
Sanghyang dinyanyikan untuk menurunkan (nedunang) Sanghyang-Sanghyang, misalnya
pada prosesi budaya peninggalan jaman pra-Hindu dalam tarian sakral Sanghyang,
yang meliputi tarian Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Jaran,
Sanghyang Bojog, Sanghyang Celeng, Sanghyang Sampat dan sebagainya. Sistem atau
ortenan tembang-tembang ini sama dengan gending-gending rare lainnya,
pengertian yang dihasilkan dari isi gending ini sering abstrak, dan tidak
menentu karena sulit dicerna. Ini sesuai dengan kaidah gegendingan yang tidak
menuntut pengertian yang utuh dan runtut seperti halnya Tembang Macapat. Contoh
dari gending- gending Sanghyang adalah Puspa Panganjali, Kukus Arum, Suaran
Kumbang, dan lain-lain.
Dari pendapat diatas dan dari
minimnya dokumentasi para pendahulu mengenai dokumentasi tentang lagu Bali yang
dulunya dikatakan dan dipercaya dihiasi dengan tembang-tembang yang mendekati
kidung dan sarat dengan makna hingga berkembang mengikuti tren pasar seperti
sekarang dan mungkin nantinya akan berkembang lagi dimasa yang akan datang,
akhirnya berkembanglah beberapa lagu "no-name" alias tidak ada
penciptanya seperti meong-meong, Juru Pencar, Semut-Semut Api dan banyak lagi
lagu lainnya yang sampai saat ini sangat susah untuk diketahui siapa sebenarnya
yang menciptakan lagu tersebut dan berawal dari daerah mana di Bali.
Baca juga :
Meong-Meong (Lagu Dan Permainan Tradisional Bali)
Makna Gending Rare (Bebeke Putih Jambul)
Baca juga :
Meong-Meong (Lagu Dan Permainan Tradisional Bali)
Makna Gending Rare (Bebeke Putih Jambul)
0 komentar:
Posting Komentar