REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Generasi muda Bali mulai kurang
tertarik dengan bahasa daerah setempat sebagai bahasa ibu dalam
pergaulan sehari-hari, sebagai akibat salah satu dampak dari
meningkatnya pengaruh global dalam perkembangan pariwisata.
"Generasi muda Bali secara pelan dan pasti tidak tertarik dengan
bahasa ibu sehingga bahasa daerah itu bergeser perannya," kata pendiri
sekaligus pengelola Museum Seni Lukis Klasik Bali Nyoman Gunarsa di
Denpasar, Ahad (7/7).
Ia mengingatkan, jika hal itu tidak diantisipasi sejak dini
dikhawatirkan bisa menghancurkan peradaban orang Bali yang selama ini
telah dikenal masyarakat internasional.
Lebih-lebih pemerintah pusat, khususnya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan tidak lagi mencantumkan bidang studi bahasa daerah Bali dalam
kurikulum mata pelajaran pokok untuk seluruh jenjang pendidikan di
Pulau Dewata.
Padahal masyarakat Bali sangat erat hubungannya dengan agama Hindu
yang dianutnya serta penciptaan seni budaya Bali, baik seni tabuh, tari
Bali, karya sastra, maupun karya kanvas.
"Bahasa daerah Bali mempunyai peran yang strategis dalam membentuk
kepribadian orang Bali sekaligus menonjol di dunia internasional, bisa
saja tenggelam jika mengabaikan keberadaan bahasa ibu," ujar Gunarsa.
Gunarsa menambahkan, bahasa darah Bali adalah sumber dari segala
penciptaan, karena tanpa adanya tali komunikasi yang khas itu tidak akan
mungkin manusia Bali melahirkan karya-karya seni budaya yang agung dan
dikagumi masyarakat dunia.
Demikian pula seni rupa dan karya-karya seni lainnya yang dilahirkan
manusia merupakan suatu bahasa, bisa berupa bahasa lukisan, patung,
tari, musik dan bahasa sastra.
Semuanya itu merupakan alat berkomunikasi paling pokok antarmanusia
di Bali. Atas dasar itu pihaknya merancang dan melaksanakan kegiatan
antarbangsa "International Festival of Balinese Language (IFBL)" dengan
melibatkan peserta dari sembilan negara mulai 8 November 2013.
Kegiatan yang dipusatkan di Museum Gunarsa Kabupaten Klungkung
berlangsung selama sebulan penuh. Peserta dari sembilan negara yang
diundang meliputi Australia, Belanda, Italia, Switzerland, Prancis,
Belgia, Amerika, Jepang dan India serta tuan rumah.
Melalui kegiatan itu diharapkan mampu memperkaya khasanah Bahasa
daerah Bali sehingga tidak tercabut dari akarnya, sekaligus memberikan
masukan dalam memuliakan, mengembangkan dan melestarikan bahasa Bali,
ujar Gunarsa.
Redaktur : Djibril Muhammad |
Sumber : Antara |
0 komentar:
Posting Komentar