Rabu, 17 Juli 2013

Sejarah / Riwayat Singkat Desa Pedawa


A. BEBERAPA NAMA TENTANG PEDAWA
Nama Desa Padawa rupanya bukanlah dari jaman dahulu sebelum Desa pedawa sekarang bernama Pedawa. Ada beberapa nama tentang Pedawa seperti, Gunung Tambleg, Gunung Sari dan Pedawa.
Menurut cerita orang tua bahwa daerah yang sekarang yang bernama Pedawa, pada mulanya bernama Gunung Tambleg yang mempunyai arti : Tambleg artinya Lugu / Belog / Bodoh. Nama ini berhubungan dengan keadaan pemikiran masyarakat Desa yang pada waktu itu masih sederhana. Kemudian nama itu berubah menjadi nama Gunung Sari. Nama ini diduga karena kehidupan masyarakat pada waktu itu dari menyadap nira untuk di jadikan gula yang disebut Gula Sari. Jadi hasil perkebunan waktu itu adalah Gula Sari. Nama Gunung tambleg lama kelamaan makin jarang dipakai dan kemudian tidak pernah di pakai kembali, sebaliknya nama Gunung Sari masih di pakai sampai saat ini namun hanya pada waktu ngateb upacara saja.
Menurut sebuah lontar yang ada di Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani Bangli, bahwa dalam lontar tersebut antara lain di sebutkan olejh seorang Raja yang datang ke desa Bestala, Raja tersebut menanyakan pada hadirin apakah rakyat beliau dari desa Pandawa sudah hadir...????
Sehubungan hal tersebut nama Pedawa, erat hubungannya dengan Prasasti Sanding ber angka tahun 1072 caka ( 1150 ), Raja Jaya Sakti yang bersemayam di andrkarang ( Gunung Lempuyang ) yang sering mengunjungi daearah ( Desa-desa di Bali ), dan Sri Maha Raja Jaya Sakti juga memiliki pesanggrahan di bantiran tempat beliau menginap bila akan ke Jawa. Mengingat daerah bantiran dekat dengan Pedawa, maka Sri Maha Raja Jaya Sakti atau maha Raja Dima, atau Sri bayu atau Sri Jaya atau Sri Jaya sakti mungkin pernah ke Pedawa. Bagaimana hubungannya dengan Pedawa, menurut cerita orang tua di Pedawa, pada jaman dahulu mayat- mayat orang Pedawa tidak di tanam. Kalau ada anak-anak yang meninggal di lempar ke lobang pohon kayu besar dekat Desa.sedangkan kalu orang dewasa/ tua di taruh di bawah pohon kayu dengan dikasi bunga kembang sepatu dan bekal atau takilan. Kemudian datanglah seorang Raja Bima yang diiringi oleh Pendeta / Dukuh Manca Bila menertibkan penguburan mayat di Gunung Sari tersebut. Semenjak itu baru mayat di tanam dan di upacarai sekedarnya. Oleh karena di gunung sari tidak ada menak ( Brahmana ), maka yang di mintaki membuat tirta pembersih dan pangentas adalah Dukuh Manca Bila. Pada waktu Raja Bima di Gunung Sari tempat permandian beliau itu disebut Toya Bima yang menyebabkan orang kebal kalau mandi disana. Di tempat permandian ini didirikan sebuah pura, yang dimana pura tersebut itu dikenal denga pura dalem.namun wasiat air kebal itu sekarang sudah tidak nampak. Setelah tertib penguburan mayat di gunung sari, Sri Maha Raja Bima kembali ketempatnya sedangkan dukuh manca bila tetap di gunung sari dan setelah beliau wafat di buatkan pelinggih di jaba pura dalem yang namanya Pelinggih Dukuh.

Dalam tokoh pewayangan sang bima adalah keluarga pendawa yang sangat terkenal, lalu anggapan dari masayarakat pedawa banwa Gobleg Keturunan Dharma wangsa, Pedawa Bima, Tigawasa Arjuna, Cempaga Nakula, Sidatape Saha Dewa, Demikian terkenalnya tokoh Bima yang di mana Bima Keluarga pandawa sejak itu di kenal dengan Pandawa disamping Gunung Sari.
Menurut Babad Kayu Selem ada disebutkan pada waktu itu, pengadegan Sri Krisna Kepakisan di sompongan beliau mengutus Kiayi I Gusti Agung Pasek Gelgel dan Kiayi I Gusti Pangeran Pasek Toh Jiwa untuk mendampingi pertemuan itu. Pasek Kayu Selem di Tampurhyang Batur yang hadir pada pertemuan itu Tenganan, Pegeringsingan, Seraya Kutobuyem,Sidetape, Pedawa Sukawana, Taro. Sebagai peminpin pertemuan Kiyai Tarulu.kiyai selem, kiayi trunyan, kiyai badengan, kiayi tangi, celagi gentoh, kiayi tarum, kiayi panarojaqn, Kiayi putih, Pasek Suka Luwih. Apa yang dibicarakan pertemuan tersebut tidak disinggu disini yang jelas mulai saat itu muncul nama Pedawa. Apakah Nitru Pasek atau Desa yang penting nama pedawa 1350-1380 adalah masa pemerintahan Dri Kresna Kepakisan muncul.
Demikianlah sejarah nam Desa pedawa dengan di dahlui nama-nama gunung Tambleg, Gunung Sari, Pandawa dan pedawa sampai sekarang.
B. Perkembangan Penduduk Pedawa
Mengingat sedikit sumber-sumber data yang ada maka penyusunan perkembangan masyarakat Pedawa sangat jauh dari sempurna. Daerah Pedawa sekarang rupanya sudah di huni oleh manusia pada jaman Megalitikum ( Batu Besar )ini dapat terbukti dari penemuan-penemuan Sarkopah di dusun Insakan ( Bantang Cepaka ). Menurut cerita pada saat itu pada mulanya di daerah mayung yang akan dijadikan desa dengan kuburan lateng tempat ditemukannya sarkopah. Karena tidak diperkenankan oleh Hyang Kawi dimana masyarakat diganggu oleh semut, maka masyarakat pindah lagi ke desa sekarang.
Menurut cerita orang-orang tua pedawa bahwa penduduk pedawa itu berasal dari Tamblingan, apabila di kaitkan dengan kekuasaan Tamblingan sekitar tahun915-936 menurut prasasti gobleg. Dimana orang-orang Tamblingan yang datang ke Pedawa bukan orang pertama di Pedawa. Tetapi sudah ada rupanya rang-orang di pedawa mengingat adanya Sakopa, jadi rupanya ada perpaduan antara masyarakat Bali Aga dengan orang Tamblingan. Orang pedawa adalah Keturunan orang Bali Aga. Turunan pengikut Sri Markandya. Mengingat di pure telage ada pelinggih yang namanya gunung Raun. Gunung Raun adalah tempat Sri Markandya dulu di jhawa, dan di Bali beliau juga mendirikan Pura Gunung Raun.masih tidaknya penduduk asli ini perlu diadakan penelitian lebih mendalam. Selanjutnya datanglah penduduk dari luar daerah menyembunyikan kewangsaan, mungkin kehadiran beliau-bekiau itu ke pedawa karena mencari tempat perasembunyiankarena kalah perang atau percekcokan keluarga taau pula mencari daerah baru. Seperti uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan orang-orang Pedawa sekarang tidak mustahil pencampuran dari pendududk Bali Aga dengan pendatang Tamblingan dan di tambah dengan yang datang kemudian.

0 komentar:

Posting Komentar