Senin, 15 Juli 2013

Gegendingan / Tembang Bali

Gegendingan adalah sekumpulan kalimat bebas yang dinyanyikan. Isinya pada umumnya pendek, dan sederhana. Dikatakan bebas karena benar-benar tidak ada ikatannya. Antara tiap kalimat tidak harus mempunyai arti yang membentuk cerita atau pengertian, dan kadang-kadang kalimat yang terbentuk dari kata-kata itu juga tidak mempunyai arti yang jelas. Ada tiga jenis gegendingan yang dikutip dari babadbali, yang dimiliki oleh seni Tembang Bali:
1.      Gending Rare
Gending Rare atau Sekar Rare mencakup berbagai jenis lagu-lagu anak-anak yang bernuansa permainan. Jenis tembang ini pada umumnya memakai bahasa Bali sederhana, bersifat dinamis dan riang, sehingga dapat dilagukan dengan mudah dalam suasana bermain dan bergembira. Ini juga mengajarkan anak-anak sejak usia dini bagaimana bekerja sama, serta berbahasa Bali.
Biasanya tiap lagu dilengkapi atau sebagai pelengkap dari sebuah permainan yang bertema sama. Tetapi ada juga yang berdiri sendiri, sebagai lagu-lagu rakyat (gegendingan) yang bentuknya sangat sederhana. Baik lagu anak-anak maupun lagu rakyat tidak terlalu diikat oleh hukum atau uger-uger seperti Guru Lagu atau Padalingsa. Beberapa contoh dari jenis tembang ini antara lain seperti meong-meong, juru pencar, galang bulan, dan masih banyak lagi. Pada jenis gending ini, ada yang seluruh baitnya merupakan isi, dan ada pula yang mengandung bait- bait sampiran bahkan ada yang hanya berupa sampiran tanpa isi yang jelas artinya.
2.      Gending Jejangeran
Gending Jejanggeran ini sama dengan Gending Rare dan biasanya dinyanyikan bersama-sama dengan saling sahut-menyahut antara kelompok satu dengan yang lain. Ada yang menjadi janger (kelompok putri) dan ada yang menjadi kecak (kelompok putra). Lama kelamaan Gending Jejangeran ini dinyanyikan juga oleh orang-orang dewasa dengan variasi gerak-gerik atau variasi lakon (lelampahan). Contoh Gending Jejangeran ini antara lain seperti putri ayu, siap sangkur, mejejangeran, dan lain sebagainya.
3.      Gending Sanghyang
Gending Sanghyang dinyanyikan untuk menurunkan (nedunang) Sanghyang-Sanghyang, misalnya pada prosesi budaya peninggalan jaman pra-Hindu dalam tarian sakral Sanghyang, yang meliputi tarian Sanghyang Dedari, Sanghyang Deling, Sanghyang Jaran, Sanghyang Bojog, Sanghyang Celeng, Sanghyang Sampat dan sebagainya. Sistem atau ortenan tembang-tembang ini sama dengan gending-gending rare lainnya, pengertian yang dihasilkan dari isi gending ini sering abstrak, dan tidak menentu karena sulit dicerna. Ini sesuai dengan kaidah gegendingan yang tidak menuntut pengertian yang utuh dan runtut seperti halnya Tembang Macapat. Contoh dari gending- gending Sanghyang adalah Puspa Panganjali, Kukus Arum, Suaran Kumbang, dan lain-lain.
Dari pendapat diatas dan dari minimnya dokumentasi para pendahulu mengenai dokumentasi tentang lagu Bali yang dulunya dikatakan dan dipercaya dihiasi dengan tembang-tembang yang mendekati kidung dan sarat dengan makna hingga berkembang mengikuti tren pasar seperti sekarang dan mungkin nantinya akan berkembang lagi dimasa yang akan datang, akhirnya berkembanglah beberapa lagu "no-name" alias tidak ada penciptanya seperti meong-meong, Juru Pencar, Semut-Semut Api dan banyak lagi lagu lainnya yang sampai saat ini sangat susah untuk diketahui siapa sebenarnya yang menciptakan lagu tersebut dan berawal dari daerah mana di Bali.
Baca juga :
Meong-Meong (Lagu Dan Permainan Tradisional Bali)
Makna Gending Rare (Bebeke Putih Jambul)

0 komentar:

Posting Komentar